Minggu, 06 Oktober 2013

FanFiction - You. Unexpected [2]

haaaiii.!!
vana mau berbagi cerita fanfic conan nihhh.
Sebenernya sih ini udah di publish di fanfiction.net cuma entah kenapa tangannya gatel pengen di masukin di sini juga. hihii. selamat membacaa!

You. Just My Past
.
.
“menurutku, kurang sopan kalau wanita tiba-tiba pergi dari kamar orang tanpa berpamitan. Dan yang kedua, kurang sopan juga kalau ada tamu di depan pintu tanpa diajak masuk dan langsung menutup pintunya begitu saja”
“dia benar Ran. Bawa saja dia masuk” ucap Kogoro Mouri ayahnya dari dekat jendela.
“ayo kita ke bawah. Kita ke kantor saja” ucap Ran sambil menutup pintu dan menarik tangan Shiho dan berjalan menuju kantor Detektif Mouri yang berada di lantai 2
“jadi, mau apa kau ke sini?” Tanya Ran dengan cepat.
“hanya sekedar berramah tamah denganmu. Kau tau siapa aku kan?”
“ya. Kamu Shiho Miyano. pacar Shinichi Kudo. Kamu ke sini Cuma mau kasih tau kalo kamu itu pacaran sama Shin? Basi tau ga?! Emang aku ga tau? Udah lah. ga usah sombong deh“
“hahaha. Sabar dong. Jangan marah-marah. Jangan mentang-mentang kamu jago karate terus hobinya marah-marah”
“BERISIIIIKKK.!!!”
“oke…oke. Kenapa kamu marah banget sih kalo aku jadi pacarnya Shin? Emang kamu siapa? Kamu kan Cuma sahabatnya. Ga perlu marah dong”
‘dia bener. Kenapa aku harus marah? Payah’ batin Ran.
“kenapa diem?” Tanya Shiho lagi.
“kamu suka ya sama Shinichi? Tapi kamu ga berani ngungkapin itu karna kamu cewe. Iya kan?”
Ran speechless. Semua yang dibilang Shiho bener. Ran Cuma bisa diem. Ga tau harus ngomong apa. Mulutnya terkunci. Benar-benar tak terpikirkan.
Drrrtt…drrrtt…drrrtt…
“siapa sih yang nelpon? Ganggu aja. hallo. Shiho di sini. Apa? Sekarang? Bukannya besok? Ya ampun. Uuh. Oke deh. I’ll be there as soon as I can”
Shiho menutup telponnya lalu menatap Ran sambil bangkit berdiri. “aku harus pergi. Nanti kita sambung lagi obrolan kita ya. Daaahh”
Ran masih terdiam sambil beranjak kembali ke kamarnya saat sahabatnya memanggil dari tangga. “Raaann.!!”
“S-Sonoko?” ucap Ran sambil berbalik menghadap Sonoko. Dia pun mengajak Sonoko masuk ke rumahnya. Sonoko terheran-heran melihat perempuan berambut coklat yang baru keluar dari kantor Kogoro Mouri. Sejenak dia berpikir.
“hmm..ada permintaan kasus lagi ya?” tanya Sonoko dengan wajah yang aneh. Antara bingung, kaget dan macam-macam deh.!
“bukan. Cuma orang aneh”
“orang aneh? Dia kan—“
“huuuaaaaarrrgggghhh......SONOKO AKU SEDIHH.!!”
Ran pun mulai menceritakan segala keluh kesahnya selama hari ini. Kehancuran hatinya, segalanya. Semua tentang Shinichi, Shiho, segalanya.
“KURANG AJAR!” hanya itu kata-kata yang dapat keluar dari mulut Sonoko untuk mendeskripsikan perasaannya kala itu. Berani-beraninya mengambil kekasih sahabatku. Dengan penuh amarah Sonoko menekan nomor telpon Shinichi untuk meminta pertanggung jawaban dari perbuatannya.
“Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi—“
CRAP!!
Disaat semua orang membutuhkan penjelasan luar biasa dari detektif ini, dia justru menghilang. Sonoko tak habis pikir kenapa Ran masih saja mau menunggu detektif gila ini sampai titik darah penghabisan (?) dan sekarang dengan seenaknya dia pergi meninggalkan —lebih tepatnya mencampakkan— Ran.
~( ‘c’)/\(‘c’ )~|~( ‘c’)/\(‘c’ )~
“jadi intinya, untuk bisa mengerjakan soal fisika dengan baik dan benar, kalian wajib menghapalkan rumus impuls dan momentum. Karena 80% soal UKK adalah impuls dan momentum. Mengerti?”
Perkataan guru fisika tak digubrisnya sama sekali. Ran terus menatap menerawang keluar jendela. Sudah seminggu ini kegiatan Ran hanya melamun, menghela napas, tidur, menangis dan melamun. Sonoko sahabatnya hanya bisa terdiam karena jika ia banyak bertanya maka...
“Sonoko!! Kamu bisa diem ga?! Banyak tanya banget sih! Ganggu!”
Dan jika Ran sudah emosi, Sonoko hanya bisa pergi keluar kelas dan mencoba menelpon Shinichi. Dan hasilnya nihil.
“Ran! Kerjakan soal nomor 4 di papan tulis!” suara menggelegar gurunya ini membuat pandangan Ran langsung teralih dari jendela yang dilihatnya. Ia berjalan ke arah papan tulis dengan tangan gemetar karna tidak dapat mengerjakan. Shinichi, pinjamkan kepintaranmu padaku! Batin Ran.
Ajaib. Soal nomor 4 pun dapat dia kerjakan dengan sangat mudah. Padahal Ran sama sekali tidak mengerti tentang pelajaran ini. Apakah Shinichi benar-benar meminjamkan kepintarannya? Setelah kembali ke tempat duduk, Ran hanya dapat tersenyum pahit saat gurunya berkata bahwa pekerjaannya benar. Andai Shinichi ada di sini.
Jam pelajaran pun berakhir. Sonoko mengajak Ran untuk pergi ke kantin. Setelah mengalami paksaan akhirnya Ran pun menurut untuk pergi. Tumben Ran ga marah. Sekarang Cuma diem aja. There’s something wrong!
Mereka pun berjalan di koridor sekolah menuju kantin yang tidak terlalu jauh dari kelas. Baru memasuki kantin, mereka tercegat oleh segerombol siswa yang mengerubungi ‘sesuatu’. Dengan histeris Sonoko mencoba menghampiri gerobolan tersebut dan mencari tau apa yang sedang mereka lihat. Tapi belum sempat Sonoko menghampirinya, tangannya sudah dicekal orang, “kita ke sini bukan untuk ngeliat yang aneh-aneh! Kita mau makan! Jangan bikin aku bad mood ya!” akhirnya Sonoko mengalah dan mengikuti Ran ke kedai ramen.
Karna penasaran, Sonoko menengok ke arah kerumunan orang-orang tadi dan betapa terkejutnya Sonoko saat melihat wajah yang tak asing baginya sdang duduk di tengah kerumunan dan menanda tangani sebuah kertas sambil sesekali berfoto dengan wanita-wanita.
“ah, Ran! Lihat!” teriak Sonoko sambil menunjuk ke arah kerumunan masa di depan kantin.
“bisakah kau berenti membicarakan kerumunan itu?! Aku mau makan!” ucap Ran tanpa melihat ke arah kerumunan yang semakin berisik.
“tapi Ran di situ ada Shi—“
BRAKKK...
“CUKUP! AKU MUAK” Ran terlanjur emosi dan memukul meja kedai ramen sampai retak, lalu berlalu dari hadapan Sonoko.
Seketika perhatian orang-orang di kantin tertuju pada Ran yang tiba-tiba menggebrak meja. Begitu pula dengan seseorang di tengah kerumunan itu. Ia ingin bangun dan mengejar Ran, tapi entah kenapa bagian dari dirinya menyuruhnya untuk tetap diam di tempat.
~( ‘c’)/\(‘c’ )~|~( ‘c’)/\(‘c’ )~
“Ayo pulang Ran! Hari ini Makoto yang menjemput. Haha” ucap Sonoko nakal sambil mencoba mencairkan suasana dingin yang ditebarkan Ran.
“aku pulang sendiri aja” jawab Ran dengan mata yang masih menerawang.
“Raaaaaannnn....pliiiiiiiisssss..ayoo pulang sama akuuuuu..sama conan jugaaaa” ucap Sonoko sambil menarik tangan Ran.
Tiba-tiba mata Ran berkaca-kaca, “Shinichi bilang, dia mau jemput”
“APA?! Kmu ga salah Ran?! Shinichi udah bikin kamu nangis berminggu-minggu dan sekarang kamu terima gitu aja tawaran dia?! Aku tau kamu baik. Tapi untuk yang ini aku ga abis pikir deh! Kamu tuh kenapa sih?” ucap Sonoko berapi-api sambil berkacak pinggang.
“tadi dia mengirim e-mail. Aku juga belum jawab ko. Tapi dia bilang dia mau tunggu di depan gerbang sekolah.”
“berarti kita lewat belakang!”
“tapi Sono—“
“ga ada tapi tapi! Dia harus ngerti gimana perasaan kamu! Jangan biarin dia ngerendahin kamu! Kalo gini terus, dia bakal seenaknya memperlakukan kamu! Cepet ikut aku” Sonoko pun menarik tangan Ran paksa sambil menelpon Makoto untuk menjemput ke gerbang belakang.
Setelah sampai di gerbang belakang, tanpa diduga seseorang berambut coklat telah mencegat mereka di depan gerbang.
“kau mau ke mana gadis manis?”