vana mau berbagi cerita fanfic conan nihhh.
Sebenernya sih ini udah di publish di fanfiction.net cuma entah kenapa tangannya gatel pengen di masukin di sini juga. hihii. selamat membacaa!
You. Just My Past
.
.
“menurutku, kurang sopan
kalau wanita tiba-tiba pergi dari kamar orang tanpa berpamitan. Dan yang kedua,
kurang sopan juga kalau ada tamu di depan pintu tanpa diajak masuk dan langsung menutup
pintunya begitu saja”
“dia
benar Ran. Bawa saja dia masuk” ucap Kogoro Mouri ayahnya dari dekat jendela.
“ayo
kita ke bawah. Kita ke kantor saja” ucap Ran sambil menutup pintu dan menarik
tangan Shiho dan berjalan menuju kantor Detektif Mouri yang berada di lantai 2
“jadi,
mau apa kau ke sini?” Tanya Ran dengan cepat.
“hanya
sekedar berramah tamah denganmu. Kau tau siapa aku kan?”
“ya.
Kamu Shiho Miyano. pacar Shinichi Kudo. Kamu ke sini Cuma mau kasih tau kalo
kamu itu pacaran sama Shin? Basi tau ga?! Emang aku ga tau? Udah lah. ga usah
sombong deh“
“hahaha.
Sabar dong. Jangan marah-marah. Jangan mentang-mentang kamu jago karate terus
hobinya marah-marah”
“BERISIIIIKKK.!!!”
“oke…oke.
Kenapa kamu marah banget sih kalo aku jadi pacarnya Shin? Emang kamu siapa?
Kamu kan Cuma sahabatnya. Ga perlu marah dong”
‘dia
bener. Kenapa aku harus marah? Payah’ batin Ran.
“kenapa
diem?” Tanya Shiho lagi.
“kamu
suka ya sama Shinichi? Tapi kamu ga berani ngungkapin itu karna kamu cewe. Iya
kan?”
Ran
speechless. Semua yang dibilang Shiho bener. Ran Cuma bisa diem. Ga
tau harus ngomong apa. Mulutnya terkunci. Benar-benar tak terpikirkan.
Drrrtt…drrrtt…drrrtt…
“siapa
sih yang nelpon? Ganggu aja. hallo. Shiho di sini. Apa? Sekarang? Bukannya
besok? Ya ampun. Uuh. Oke deh. I’ll be there as soon as I can”
Shiho
menutup telponnya lalu menatap Ran sambil bangkit berdiri. “aku harus pergi.
Nanti kita sambung lagi obrolan kita ya. Daaahh”
Ran
masih terdiam sambil beranjak kembali ke kamarnya saat sahabatnya memanggil
dari tangga. “Raaann.!!”
“S-Sonoko?”
ucap Ran sambil berbalik menghadap Sonoko. Dia pun mengajak Sonoko masuk ke
rumahnya. Sonoko terheran-heran melihat perempuan berambut coklat
yang baru keluar dari kantor Kogoro Mouri. Sejenak dia berpikir.
“hmm..ada permintaan kasus lagi ya?” tanya Sonoko dengan
wajah yang aneh. Antara bingung, kaget dan macam-macam deh.!
“bukan. Cuma orang aneh”
“orang aneh? Dia kan—“
“huuuaaaaarrrgggghhh......SONOKO AKU SEDIHH.!!”
Ran pun mulai menceritakan segala keluh kesahnya selama
hari ini. Kehancuran hatinya, segalanya. Semua tentang Shinichi, Shiho,
segalanya.
“KURANG
AJAR!” hanya itu kata-kata yang dapat keluar dari mulut Sonoko untuk
mendeskripsikan perasaannya kala itu. Berani-beraninya mengambil kekasih
sahabatku. Dengan penuh amarah Sonoko menekan nomor telpon Shinichi untuk
meminta pertanggung jawaban dari perbuatannya.
“Nomor
yang anda tuju tidak dapat dihubungi—“
CRAP!!
Disaat
semua orang membutuhkan penjelasan luar biasa dari detektif ini, dia justru
menghilang. Sonoko tak habis pikir kenapa Ran masih saja mau menunggu detektif
gila ini sampai titik darah penghabisan (?) dan sekarang dengan seenaknya dia
pergi meninggalkan —lebih tepatnya mencampakkan— Ran.
~( ‘c’)/\(‘c’
)~|~( ‘c’)/\(‘c’ )~
“jadi
intinya, untuk bisa mengerjakan soal fisika dengan baik dan benar, kalian wajib
menghapalkan rumus impuls dan momentum. Karena 80% soal UKK adalah impuls dan
momentum. Mengerti?”
Perkataan
guru fisika tak digubrisnya sama sekali. Ran terus menatap menerawang keluar
jendela. Sudah seminggu ini kegiatan Ran hanya melamun, menghela napas, tidur,
menangis dan melamun. Sonoko sahabatnya hanya bisa terdiam karena jika ia
banyak bertanya maka...
“Sonoko!!
Kamu bisa diem ga?! Banyak tanya banget sih! Ganggu!”
Dan jika
Ran sudah emosi, Sonoko hanya bisa pergi keluar kelas dan mencoba menelpon
Shinichi. Dan hasilnya nihil.
“Ran!
Kerjakan soal nomor 4 di papan tulis!” suara menggelegar gurunya ini membuat
pandangan Ran langsung teralih dari jendela yang dilihatnya. Ia berjalan ke
arah papan tulis dengan tangan gemetar karna tidak dapat mengerjakan. Shinichi,
pinjamkan kepintaranmu padaku! Batin Ran.
Ajaib.
Soal nomor 4 pun dapat dia kerjakan dengan sangat mudah. Padahal Ran sama
sekali tidak mengerti tentang pelajaran ini. Apakah Shinichi benar-benar
meminjamkan kepintarannya? Setelah kembali ke tempat duduk, Ran hanya dapat
tersenyum pahit saat gurunya berkata bahwa pekerjaannya benar. Andai
Shinichi ada di sini.
Jam
pelajaran pun berakhir. Sonoko mengajak Ran untuk pergi ke kantin. Setelah
mengalami paksaan akhirnya Ran pun menurut untuk pergi. Tumben Ran ga marah.
Sekarang Cuma diem aja. There’s something wrong!
Mereka
pun berjalan di koridor sekolah menuju kantin yang tidak terlalu jauh dari
kelas. Baru memasuki kantin, mereka tercegat oleh segerombol siswa yang
mengerubungi ‘sesuatu’. Dengan histeris Sonoko mencoba menghampiri gerobolan
tersebut dan mencari tau apa yang sedang mereka lihat. Tapi belum sempat Sonoko
menghampirinya, tangannya sudah dicekal orang, “kita ke sini bukan untuk
ngeliat yang aneh-aneh! Kita mau makan! Jangan bikin aku bad mood ya!” akhirnya
Sonoko mengalah dan mengikuti Ran ke kedai ramen.
Karna
penasaran, Sonoko menengok ke arah kerumunan orang-orang tadi dan betapa
terkejutnya Sonoko saat melihat wajah yang tak asing baginya sdang duduk di
tengah kerumunan dan menanda tangani sebuah kertas sambil sesekali berfoto
dengan wanita-wanita.
“ah,
Ran! Lihat!” teriak Sonoko sambil menunjuk ke arah kerumunan masa di depan
kantin.
“bisakah
kau berenti membicarakan kerumunan itu?! Aku mau makan!” ucap Ran tanpa melihat
ke arah kerumunan yang semakin berisik.
“tapi
Ran di situ ada Shi—“
BRAKKK...
“CUKUP!
AKU MUAK” Ran terlanjur emosi dan memukul meja kedai ramen sampai retak, lalu
berlalu dari hadapan Sonoko.
Seketika
perhatian orang-orang di kantin tertuju pada Ran yang tiba-tiba menggebrak
meja. Begitu pula dengan seseorang di tengah kerumunan itu. Ia ingin bangun dan
mengejar Ran, tapi entah kenapa bagian dari dirinya menyuruhnya untuk tetap
diam di tempat.
~( ‘c’)/\(‘c’
)~|~( ‘c’)/\(‘c’ )~
“Ayo pulang Ran! Hari ini Makoto yang menjemput. Haha”
ucap Sonoko nakal sambil mencoba mencairkan suasana dingin yang ditebarkan Ran.
“aku pulang sendiri aja” jawab Ran dengan mata yang masih
menerawang.
“Raaaaaannnn....pliiiiiiiisssss..ayoo pulang sama
akuuuuu..sama conan jugaaaa” ucap Sonoko sambil menarik tangan Ran.
Tiba-tiba mata Ran berkaca-kaca, “Shinichi bilang, dia
mau jemput”
“APA?! Kmu ga salah Ran?! Shinichi udah bikin kamu nangis
berminggu-minggu dan sekarang kamu terima gitu aja tawaran dia?! Aku tau kamu
baik. Tapi untuk yang ini aku ga abis pikir deh! Kamu tuh kenapa sih?” ucap
Sonoko berapi-api sambil berkacak pinggang.
“tadi dia mengirim e-mail. Aku juga belum jawab ko. Tapi
dia bilang dia mau tunggu di depan gerbang sekolah.”
“berarti kita lewat belakang!”
“tapi Sono—“
“ga ada tapi tapi! Dia harus ngerti gimana perasaan kamu!
Jangan biarin dia ngerendahin kamu! Kalo gini terus, dia bakal seenaknya
memperlakukan kamu! Cepet ikut aku” Sonoko pun menarik tangan Ran paksa sambil
menelpon Makoto untuk menjemput ke gerbang belakang.
Setelah sampai di gerbang belakang, tanpa diduga
seseorang berambut coklat telah mencegat mereka di depan gerbang.
“kau mau ke mana gadis
manis?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar