Selasa, 05 November 2013

Renungan - Hedonisme di Indonesia

Hai semuaa.! Sekarang vana mau berbagi renungan dari sebuah artikel dari internet. yaaahh ssemoga bisa jadi bahan renungan sendiri yaa. memang ga bagus-bagus banget, tapi setidaknya bisa menambah pengalaman (?) 
Selamat merenung (?)

Hedonisia (Hedonisme di Indonesia)
Artikel ini berjudul HEDONISIA yang sebenarnya adalah gabungan dari 2 kata yang saya satukan: HEDONISME dan INDONESIA. Kenapa? Karena perilaku Hedonisme sangat erat hubungannya dengan orang Indonesia khususnya para remaja yang sering dibombardir dengan majalah ala HAI, GO GIRL, TEEN, dan sederet majalah fashion and life style lainnya. Belum lagi iklan seperti PONDS dengan message nya yang khas: White is Beauty. Atau yang lagi happening, BlackBerry, Lebih Produktif (Konsumtif) dengan BlackBerry.
Hold on a second! Apa itu hedonisme? Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya satu kali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalanani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas.



Hedonisme erat hubungannya pula dengan perilaku KONSUMTIF. Padahal kata 'Consume' digabung dengan 'Tive' berarti hal-hal yang berhubungan dengan (perilaku) konsumen. Namun demikian, kata konsumtif telah dipersempit cakupannya menjadi kegiatan membeli barang bukan berdasarkan kebutuhan tapi keinginan semata. Mereka yang berperilaku konsumtif cenderung membeli barang berdasarkan WANT bukan NEED.
Jika si A memiliki penghasilan 1 juta rupiah per bulan: 800 ribu rupiah digunakan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari dan sisa 200 ribu rupiah digunakan untuk membeli sepatu baru berhubung sepatu yang lama telah rusak maka hal tersebut tidaklah bisa disebut perilaku konsumtif karen jelas si A membeli barang berdasarkan budget dan kebutuhan (need).

Cerita akan berbeda apabila si A membelanjakan 900 ribu rupiah untuk kebutuhan sehari-hari dan sisa 100 ribu rupiah ditambah penggunaan credit card 100 ribu rupiah untuk membeli sepatu seharga 200 ribu rupiah. Ini namanya besar pasak daripada tiang. Adalah lebih bijaksana apabila si A menunggu waktu yang tepat untuk membeli sepatu tersebut.
Dari sejumlah penilitian diketahui perbedaan pola pikir belanja antara Pria dengan Wanita seperti di bawah ini:

--Pria:
mudah terpengaruh bujukan penjual
sering tertipu karena tidak sabaran dalam memilih barang
mempunyai perasaan kurang enak bila tidak membeli sesuatu setelah memasuki toko
kurang menikmati kegiatran berbelanja sehingga sering terburu-buru mengambil keputusan membeli.

--Wanita:
lebih tertarik pada warna dan bentuk, bukan pada hal teknis dan kegunaannya
tidak mudah terbawa arus bujukan penjual
menyenangi hal-hal yang romantis daripada obyektif
cepat merasakan suasana toko
senang melakukan kegiatan berbelanja walau hanya window shopping (melihat-lihat saja tapi tidak membeli).

Mungkin demam BlackBerry masih mewabah sampai saat ini. Pangsa pasar BlackBerry sebenarnya adalah untuk seorang business man atau public figure di mana e-mail dan media campaign ala facebook dan friendster menjadi sedemikian penting untuk mendukung performa mereka. Itulah sebabnya BlackBerry memiliki tag line : Lebih Produktif dengan BlackBerry.
Namun demikian, kenyataannya di Indonesia, ABG yang notabene bukan seorang business man atau public figure pun turut menggunakan BlackBerry. Dengan fungsi (bagi mereka) hanya untuk sms saja dan berfacebook ria, mereka harus kecewa dengan fitur yang ditawarkan BlackBerry: minim Entertainment. Tidak sama halnya dengan ponsel sejuta umat Nokia. Kenapa? Sekali lagi BlackBerry itu ditujukan bagi kalangan tertentu yang bertujuan untuk bisnis. Tentulah fitur harus disesuaikan dengan ide tersebut.

Melihat perilaku konsumtif remaja Indonesia namun dengan kantong pas-pasan, handphone china pun tidak mau ketinggalan. Dan seperti biasa, meluncurkan produk MEMDI (Memper2 dikit), BlueBerry, dengan harga tiarap (bukan miring lagi)!. Blueberry yang mirip dengan BlackBerry dibundle dengan harga 1.5 jutaan. Sangat kontras dengan harga Blackberry yang mencapai 7-8 jutaan. Tak ketinggalan pula kocek 150 smpai 300 ribu yang harus dikeluarkan demi fitur internet dan pulsa. Sungguh konsumtif!
Jadi apakah perilaku hedonisme dan konsumtif itu berbahaya? Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang in. Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya.

Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada tiang” berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi atau tindakan prostitusi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.

Sumber : http://elfjo.blogspot.com/2011/05/hedonisia-hedonisme-di-indonesia.html














Renungan
Dari artikel di atas, banyak sekali bahan permenungan yang bisa kita dapat. Pertama, hedonisme erat kaitannya dengan konsumtif, dimana perilaku konsumtif ini berarti perilaku konsumen. Kita sudah tahu bahwa perilaku konsumen sendiri adalah menghabiskan nilai guna suatu barang sesuai dengan kebutuhan. Tetapi di zaman sekarang, pengertian perilaku konsumtif sudah sangat dipersempit.
Terutama dengan adanya pemikiran bahwa dengan memiliki berbagai barang bagus dan mahal dapat membuat tingkatan atau status sosial kita meningkat tajam. Padahal, itu adalah pemikiran yang salah. Sehingga, banyak orang yang membeli barang bukan untuk memenuhi kebutuhan, tetapi hanya sebagai dasar pemenuhan keinginan semata. Jelas itu adalah pemikiran dan perilaku yang salah yang telah berakar dan berkembang dipikiran manusia dewasa ini.
Trend atau mode yang berkembang di zaman sekarang sangat memperngaruhi perilaku setiap manusia. Hamper semua orang berusaha memenuhi keinginan mereka yang tak terbatas. Padahal, jika kita bercermin dari Tuhan Yesus, jelas sekali perbedaannya dengan zaman sekarang. Tuhan Yesus selalu mengajak kita untuk berperilaku sederhana. Bahkan Tuhan berkata untuk meninggalkan segala harta benda kita hanya demi mengikut Dia.
Berat? Mungkin bagi manusia zaman sekarang itu berat dan sulit dilakukan. Tapi, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Termasuk untuk mengikut Yesus. Dengan niat yang besar, dan bulat kita pasti bisa menjadi manusia yang terlepas dari hedonism dan berbagai gaya hidup negative lainnya.
Perilaku hedonism yang sudah mengakar, mekar, berbuah di masyarakat terutama remaja ini dianggap berbahaya. Karna, mengubah pola pikir manusia sampai ke akar-akarnya. Sungguh, jika manusia tidak segera kembali mengingat Yesus, maka ‘virus’ berbahaya ini bisa menyebar sampai ke generasi generasi berikutnya.
Hedonism yang menjadi trend di masyarakat dunia ini memang sudah sulit diubah. Tapi sekali lagi, dengan niat yang kuat maka kita bisa terlepas dari berbagai godaan-godaan ideology atau gaya hidup zaman sekarang. Berserahlah kepada Tuhan Yang MahaEsa.!
Refleksi
Hedonism yang selama ini mewabah di kalangan remaja kini mulai terasa di sekitar saya. Bersyukur, saya bukan orang yang hobby membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan hanya untuk gaya. Sejauh ini saya masih bisa menahan segala keinginan saya.
Menurut saya, cara yang paling efektif untuk menjauh dari sikap hedonism adalah dengan menabung. Menyisihkan sebagian uang yang kita miliki untuk keperluan mendatang. Walaupun awalnya susah, tapi jika kita melakukannya secara terus menerus, maka menabung akan menjadi kebiasaan yang susah dihilangkan.
Cara lain adalah, di awal bulan buat daftar barang yang kita butuhkan dan inginkan dalam 2 kolom terpisah. Lalu, kembali menabung. Bagi yang sudah berperilaku hedonism berusahalah untuk membeli barang hanya di kolom kebutuhan. Setiap selesai membeli barang, coret nama barang yang ditulis. Lalu di akhir bulan, lakukan evaluasi. Jika tak ada satupun barang yang berada di kolom keinginan yang dibeli, maka berilah penghargaan untuk diri sendiri dengan boleh membeli barang di kolom keinginan, satu saja. Jika kolom keinginan ada yang terpenuhi, maka jumlah uang yang ditabung harus lebih ketat.
Jadi, sebenarnya yang menentukan seseorang hedonism atau tidak, bisa tobat atau tidak, hanya dirinya sendiri. Niat adalah kunci utama keberhasilan seseorang memilih gaya hidupnya. Biarkan suara hati yang memimpinmu. Biarlah Roh Kudus membantumu di setiap langkah hidupmu.

Berkah Dalem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar